PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT INDONESIA

Latar Belakang

Dalam pengertian sehari-hari, manusia merupakan bagian anggota dalam masyarakat memiliki upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Untuk itu warga masyarakat tidak terlepas dari konsumsi yaitu pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam 1 tahun) pengeluaran.

Bila ditinjau kembali, variabel-variabel yang mempengaruhi konsumsi sebenarnya tidak hanya pendapatan saja, akan tetapi ada variabel lain yang dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat (seseorang) diantaranya adalah variabel sosial ekonomi tingkat harga, selera, tingkat bunga, dan sebagainya.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai tiga hingga enam kali lipat konsumsi pemerintah. Karena porsinya yang besar ini, pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas perekonomian.

Pokok Masalah

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab latar belakang sebelumnya, bahwa konsumsi rumah tangga berpengaruh besar terhadap stabilitas perekonomian. Sehingga akan banyak menimbulkan banyak pertanyaan, jika salah satu variabel makro yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga tersebut sedikit kurang sehat, apa dampaknya bagi produsen, perbankan, dan pemerintah?

Dalam menganalisis tingkat konsumsi ada beberapa teori konsumsi dengan beberapa hipotesis yang dapat diajukan. Misalnya, mengapa dalam teori Keynes walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, tingkat konsumsi harus tetap dipenuhi? Mengapa di negara-negara maju ketika pendapatan disposabel meningkat, justru porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi makin berkurang?

Teori yang Terkait

Berdasarkan pokok masalah yang dimunculkan, maka teori-teori yang dapat digunakan dan berkaitan dengan masalah tersebut antara lain:

1. Teori konsumsi Keynes dengan hipotesis pendapatan disposabel
2. Teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup
3. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif
4. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen

Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah:

1. Faktor-faktor ekonomi
2. Faktor-faktor Demografi
3. Faktor-faktor Non ekonomi

Pembahasan

Teori-teori konsumsi yang digunakan dalam menganalisis tingkat pengeluaran konsumsi yaitu:

1. Teori konsumsi Keynes dengan hipotesis pendapatan disposabel

Keynes mengatakan bahwa ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung pada tingkat pendapatan. Jadi, pengeluaran konsumsi minimum tersebut harus tetap dipenuhi oleh masyarakat meskipun tingkat pendapatan sama dengan nol (outonomous consumtion). Jika penghasilan bertambah, maka pengeluaran konsumsi akan meningkat. Akan tetapi tambahan konsumsi tidak sebesar tambahan pendapatan disposabel. Seperti halnya dalam negara yang makin makmur dan sejahtera atau di negara-negara maju. Porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi makin berkurang, sedangkan kemampuan menabung meningkat. Ini berarti, persediaan dana investasi dalam negeri juga meningkat.

2. Teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup

Di model ini menekankan pada variabel sosial ekonomi. Landasan dasar model ini adalah bahwa konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Dalam artian, pengeluaran konsumsi masyarakat (seseorang) sangat tergantung pada usia seseorang dalam siklus hidupnya. Teori ini membagi pengeluaran konsumsi seseorang menjadi tiga tahapan berdasarkan umurnya. Tahap pertama adalah periode belum produktif. Dalam tahap ini, seseorang dikatakan dalam kondisi “Dissaving” yang berarti, dalam melakukan konsumsi seseorang masih tergantung pada orang lain, sejak manusia lahir hingga pertama kali bekerja. Tahap kedua adalah periode produktif. Dimulai dari usia bekerja hingga usia menjelang senja (tidak menghasilkan pendapatan disposabel sama sekali). Dalam tahap ini, seseorang dikatakan dalam kondisi “Saving” sebab seseorang pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain. Tahap ketiga adalah periode tidak produktif lagi. Pada tahap ini, seseorang kembali berada pada kondisi “Disavving”, kembali bergantung terhadap orang lain dalam melakukan konsumsi. Tahap ini berada disaat usia senja dan tidak mendapatkan penghasilan sama sekali.

3. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif

Teori ini bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak proporsional antara konsumsi dan pendapatan dengan tujuan agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab-sebab timbulnya timbulnya perbedaan tersebut. Dalam teori ini menggunakan dua asumsi: selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen, dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga). Yang kedua, pengeluaran konsumsi adalah irreversible yang berarti pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.

4. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen

Pendapatan permanen dapat diartikan sebagai pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya (pendapatan upah dabn gaji) atau pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (pendidikan, keahlian, obligasi, saham dan sebagainya). Sebenarnya, pendapatan permanen lebih berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi daripada pendapatan disposabel. Sebab pendapatan permanen dijadikan pertimbangan utama dalam mengambil keputusan mengosumsi barang dan jasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi antara lain:

1. Faktor-faktor Ekonomi

a. Pendapatan rumah tangga
b. Kekayaan rumah tangga
c. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
d. Tingkat bunga
e. Perkiraan masa depan
f. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan

2. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)

a. Jumlah penduduk
b. Komposisi penduduk

3. Faktor-faktor Non ekonomi

Faktor-faktor Non ekonomi yang paling berpengaruh adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya kebiasaan dan perubahan etika dan tata nilai karen aingin meniru orang lain.

Jika terjadi sedikit penyakit dalam variabel makro, seperti munculnya inflasi yang disebabkan oleh berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha memperoleh tambahan pendapatan relatif lebih besar daripada kenaikan produktivitas mereka atau adanya kebijakan pemerintah yang bersifat ekonomi atau non ekonomi yang merangsang kenaikan harga barang, maka stabilitas perekonomian akan lesu dan terganggu. Disinilah pemerintah mempunyai peran besar dalam mengendalikan perekonomian agar tetap stabil. Inflasi akan berdampak langsung kepada produsen, masyarakat, dan perbankan. Bagi produsen, biaya produksi serta harga-harga faktor akan semakin mahal, mau tak mau output yang dikeluarkan akan berkurang, hingga jumlah buruh akan sangat diperhitungkan. Sedangkan dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat adalah melonjaknya harga barang-barang yang dikonsumsi setiap hari, sebab biaya produksi semakin mahal. Dalam dunia perbankan, sebagian besar nasabah akan enggan menabung.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik benang merah, bahwa tingkat pengeluaran konsumsi mempunyai hubungan yang positif dengan pendapatan. Berbeda dengan negara-negara berkembang, ketika pendapatan meningkat negara-negara maju akan lebih sedikit menambah porsi pendapatan untuk konsumsi, sebab sebagian besar akan dialoksikan untuk memperkuat kemampuan saving, sehingga persediaan investasi dalam negeri untuk pembangunan meningkat juga.

Golongan ekonomi dalam masyarakat ingin menambah pendapatan relatif, musti diimbangi dengan tingkat produktivitas yang tinggi agar tidak menimbulkan tingkat inflasi dan mengurangi pribadi konsumtif dalam masyarakat.

Saran

Menimbang fenomena ekonomi diatas, bahwa konsumsi masyarakat berpengaruh pada stabilitas perekonomian sebab porsinya yang sangat besar, maka pemerintah hendaknya mengimbangi pada pengeluaran konsumsi pemerintah. Pemerintah juga diharapkan untuk bisa mewujudkan masyarakat yang berproduktivitas tinggi agar tidak tertanam pribadi-pribadi yang konsumtif, tetapi melahirkan masyarakat yang produktif. Disarankan juga bagi masyarakat, bila pendapatan atau penghasilan meningkat, hendaklah kemampuan saving diperkuat lagi, agar investasi dalam negeri meningkat yang berdampak membaiknya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro, edisi ke-3, Jakarta: LP-FEUI, 2005.

Waluyo, Dwi Eko, Ekonomika Makro, edisi revisi, Malang: UMM Press, 2007.

www.scribd.com/doc/7535257/

1 komentar:

lavigne 6 Juli 2011 pukul 06.39  

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai tiga hingga enam kali lipat konsumsi pemerintah. Karena porsinya yang besar ini, pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas perekonomian.dari mn anda tw?..
cb dijelaskan y...

mukadimah

ujarnya, tersimpan sayang berlipat-lipat di balik diamku, terangkum kasih beribu masa di dalam senyumku yang malu-malu

sapa menyapa


ShoutMix chat widget

berkejar kejaran