PENGARUH VARIABEL MAKRO TERHADAP POLA KONSUMSI MASYARAKAT INDONESIA

Latar Belakang

Dalam pengertian sehari-hari, manusia merupakan bagian anggota dalam masyarakat memiliki upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Untuk itu warga masyarakat tidak terlepas dari konsumsi yaitu pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam 1 tahun) pengeluaran.

Bila ditinjau kembali, variabel-variabel yang mempengaruhi konsumsi sebenarnya tidak hanya pendapatan saja, akan tetapi ada variabel lain yang dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat (seseorang) diantaranya adalah variabel sosial ekonomi tingkat harga, selera, tingkat bunga, dan sebagainya.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai tiga hingga enam kali lipat konsumsi pemerintah. Karena porsinya yang besar ini, pengeluaran konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas perekonomian.

Pokok Masalah

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab latar belakang sebelumnya, bahwa konsumsi rumah tangga berpengaruh besar terhadap stabilitas perekonomian. Sehingga akan banyak menimbulkan banyak pertanyaan, jika salah satu variabel makro yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga tersebut sedikit kurang sehat, apa dampaknya bagi produsen, perbankan, dan pemerintah?

Dalam menganalisis tingkat konsumsi ada beberapa teori konsumsi dengan beberapa hipotesis yang dapat diajukan. Misalnya, mengapa dalam teori Keynes walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol, tingkat konsumsi harus tetap dipenuhi? Mengapa di negara-negara maju ketika pendapatan disposabel meningkat, justru porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi makin berkurang?

Teori yang Terkait

Berdasarkan pokok masalah yang dimunculkan, maka teori-teori yang dapat digunakan dan berkaitan dengan masalah tersebut antara lain:

1. Teori konsumsi Keynes dengan hipotesis pendapatan disposabel
2. Teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup
3. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif
4. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen

Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah:

1. Faktor-faktor ekonomi
2. Faktor-faktor Demografi
3. Faktor-faktor Non ekonomi

Pembahasan

Teori-teori konsumsi yang digunakan dalam menganalisis tingkat pengeluaran konsumsi yaitu:

1. Teori konsumsi Keynes dengan hipotesis pendapatan disposabel

Keynes mengatakan bahwa ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung pada tingkat pendapatan. Jadi, pengeluaran konsumsi minimum tersebut harus tetap dipenuhi oleh masyarakat meskipun tingkat pendapatan sama dengan nol (outonomous consumtion). Jika penghasilan bertambah, maka pengeluaran konsumsi akan meningkat. Akan tetapi tambahan konsumsi tidak sebesar tambahan pendapatan disposabel. Seperti halnya dalam negara yang makin makmur dan sejahtera atau di negara-negara maju. Porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi makin berkurang, sedangkan kemampuan menabung meningkat. Ini berarti, persediaan dana investasi dalam negeri juga meningkat.

2. Teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup

Di model ini menekankan pada variabel sosial ekonomi. Landasan dasar model ini adalah bahwa konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Dalam artian, pengeluaran konsumsi masyarakat (seseorang) sangat tergantung pada usia seseorang dalam siklus hidupnya. Teori ini membagi pengeluaran konsumsi seseorang menjadi tiga tahapan berdasarkan umurnya. Tahap pertama adalah periode belum produktif. Dalam tahap ini, seseorang dikatakan dalam kondisi “Dissaving” yang berarti, dalam melakukan konsumsi seseorang masih tergantung pada orang lain, sejak manusia lahir hingga pertama kali bekerja. Tahap kedua adalah periode produktif. Dimulai dari usia bekerja hingga usia menjelang senja (tidak menghasilkan pendapatan disposabel sama sekali). Dalam tahap ini, seseorang dikatakan dalam kondisi “Saving” sebab seseorang pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain. Tahap ketiga adalah periode tidak produktif lagi. Pada tahap ini, seseorang kembali berada pada kondisi “Disavving”, kembali bergantung terhadap orang lain dalam melakukan konsumsi. Tahap ini berada disaat usia senja dan tidak mendapatkan penghasilan sama sekali.

3. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif

Teori ini bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak proporsional antara konsumsi dan pendapatan dengan tujuan agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab-sebab timbulnya timbulnya perbedaan tersebut. Dalam teori ini menggunakan dua asumsi: selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen, dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga). Yang kedua, pengeluaran konsumsi adalah irreversible yang berarti pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.

4. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen

Pendapatan permanen dapat diartikan sebagai pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya (pendapatan upah dabn gaji) atau pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (pendidikan, keahlian, obligasi, saham dan sebagainya). Sebenarnya, pendapatan permanen lebih berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi daripada pendapatan disposabel. Sebab pendapatan permanen dijadikan pertimbangan utama dalam mengambil keputusan mengosumsi barang dan jasa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi antara lain:

1. Faktor-faktor Ekonomi

a. Pendapatan rumah tangga
b. Kekayaan rumah tangga
c. Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
d. Tingkat bunga
e. Perkiraan masa depan
f. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan

2. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)

a. Jumlah penduduk
b. Komposisi penduduk

3. Faktor-faktor Non ekonomi

Faktor-faktor Non ekonomi yang paling berpengaruh adalah faktor sosial-budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya kebiasaan dan perubahan etika dan tata nilai karen aingin meniru orang lain.

Jika terjadi sedikit penyakit dalam variabel makro, seperti munculnya inflasi yang disebabkan oleh berbagai golongan ekonomi dalam masyarakat berusaha memperoleh tambahan pendapatan relatif lebih besar daripada kenaikan produktivitas mereka atau adanya kebijakan pemerintah yang bersifat ekonomi atau non ekonomi yang merangsang kenaikan harga barang, maka stabilitas perekonomian akan lesu dan terganggu. Disinilah pemerintah mempunyai peran besar dalam mengendalikan perekonomian agar tetap stabil. Inflasi akan berdampak langsung kepada produsen, masyarakat, dan perbankan. Bagi produsen, biaya produksi serta harga-harga faktor akan semakin mahal, mau tak mau output yang dikeluarkan akan berkurang, hingga jumlah buruh akan sangat diperhitungkan. Sedangkan dampak yang langsung dirasakan oleh masyarakat adalah melonjaknya harga barang-barang yang dikonsumsi setiap hari, sebab biaya produksi semakin mahal. Dalam dunia perbankan, sebagian besar nasabah akan enggan menabung.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat di tarik benang merah, bahwa tingkat pengeluaran konsumsi mempunyai hubungan yang positif dengan pendapatan. Berbeda dengan negara-negara berkembang, ketika pendapatan meningkat negara-negara maju akan lebih sedikit menambah porsi pendapatan untuk konsumsi, sebab sebagian besar akan dialoksikan untuk memperkuat kemampuan saving, sehingga persediaan investasi dalam negeri untuk pembangunan meningkat juga.

Golongan ekonomi dalam masyarakat ingin menambah pendapatan relatif, musti diimbangi dengan tingkat produktivitas yang tinggi agar tidak menimbulkan tingkat inflasi dan mengurangi pribadi konsumtif dalam masyarakat.

Saran

Menimbang fenomena ekonomi diatas, bahwa konsumsi masyarakat berpengaruh pada stabilitas perekonomian sebab porsinya yang sangat besar, maka pemerintah hendaknya mengimbangi pada pengeluaran konsumsi pemerintah. Pemerintah juga diharapkan untuk bisa mewujudkan masyarakat yang berproduktivitas tinggi agar tidak tertanam pribadi-pribadi yang konsumtif, tetapi melahirkan masyarakat yang produktif. Disarankan juga bagi masyarakat, bila pendapatan atau penghasilan meningkat, hendaklah kemampuan saving diperkuat lagi, agar investasi dalam negeri meningkat yang berdampak membaiknya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro, edisi ke-3, Jakarta: LP-FEUI, 2005.

Waluyo, Dwi Eko, Ekonomika Makro, edisi revisi, Malang: UMM Press, 2007.

www.scribd.com/doc/7535257/ Selengkapnya.....

Analisis Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Nasional Tahun 2005-2008


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah satunya dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi ( economic growth ) dapat diukur dari kenaikan besarnya pendapatan nasional ( produksi nasional ) pada periode tertentu. Oleh karena itu, nilai dari pendapatan nasional ( national income ) ini merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi secara nasional pada periode tertentu.

Tingginya tingkat pendapatan nasional dapat mencerminkan besarnya barang dan jasa yang dapat diproduksi. Besarnya kapasitas produksi tersebut dapat menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran masyarakat dalam suatu negara. Baik negara yang sedang berkembang maupun negara – negara maju, semua mengiginkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

1.2 Pokok Masalah

Berdasarkan hasil laporan perekonomian Indonesia yang diterbitkan bank Indonesia, kemudian disampaikan kepada DPR dan pemerintah pada setiap tahun sebagai pemenuhan amanat yang ditetapkan dalam UU No.3 tahun 2004. Dalam evaluasinya tentang perkembangan ekonomi dan keuangan Indonesia, bahwa pertumbuhan ekonomi dari tahun 2005 hingga tahun 2008 terus mengalami peningkatan, meskipun belum mencapai puncak kepesatan. Namun pertumbuhan ekonomi yang berlandaskan GDP (Gross Domestic Product) ini, dapat dinilai cukup signifikan dan menggembungkan pundi-pundi pendapatan nasional.

1.3 Teori yang Terkait

Dengan meningkatnya pendapatan nasional (national income) maka kemakmuran rakyat membaik. Sebagaimana tercatat dalam laporan GDP (Gross Domestic Product) oleh Biro Pusat Statistik (BPS) sedikit membawakan angin surga di tengah guncangan resesi saat ini. Dalam laporan GDP tersebut, menunjukkan jumlah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh warga masyarakat (termasuk warga negara asing) dalam periode waktu tertentu (biasanya satu tahun)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Konsep Pendapatan Nasional

Produksi Nasional atau Pendapatan Nasional adalah nilai yang menggambarkan dari kegiatan (aktivitas) ekonomi secara nasional pada periode tertentu.

Konsep Pendapatan Nasional :

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domesti Bruto (Gross Domestic Product/GDP) adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan seluruh warga masyarakat (termasuk warga asing) suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun.

2. Produk Nasional Bruto (PNB)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) adalah seluruh barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, termasuk di dalamnya barang dan jasa yang dihasilkan warga negara tersebut yang berada/bekerja di luar negeri. Barang dan jasa yang dihasilkan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri, tidak termasuk GNP.

GNP = GDP – (Produk Netto terhadap luar negeri)

3. Produk Nasional Netto (PNN)

Produk Nasional Netto (Net National Product/NNP) atau produk nasional bersih adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu negara dalam periode tertentu, biasanya satu tahun setelah dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.

NNP = GNP – (Penyusutan + Barang pengganti modal)

4. Pendapatan Nasional Netto (bersih)

Pendapatan Nasional Bersih (Net National Income/NNI) adalah nilai dari produk nasional bersih (net national income) dikurangi dengan pajak tidak langsung.

NNI = NNP – Pajak Tidak Langsung

5. Pendapatan Perseorangan

Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima perseorangan sebagai balas jasa dalam proses produksi. Pendapatan perseorangan ini dapat juga disebut pendapatan kotor, karena tidak semua pendapatan perseorangan netto jatuh ke tangan pemilik faktor produksi, sebab masih harus dikurangi laba yang tidak dibagi, pajak penghasilan, iuran jaminan sosial dan lain-lainnya.

2.2 Tabel Produk Domestik Bruto

PRODUK DOMESTIK BRUTO

TAHUN DASAR 2000


TAHUN

HARGA KONSTAN

HARGA BERLAKU



PDB
(Milyar Rp.)

PERTUMBUHAN
(%)

PDB NON MIGAS

PERTUMBUHAN
(%)

PDB
(Milyar Rp.)

PDB NON MIGAS


1999

379.557,80

-

345.732,80

1,09

1.109.979,50

1.003.590,70


TW 1

94.579,00

5,28

85.927,10

5,88

277.834,20

255.820,70


TW 2

93.593,50

-1,04

85.478,00

-

273.814,20

250.047,00


TW 3

96.410,20

3,01

87.912,20

2,85

277.900,30

249.853,10


TW 4

94.975,10

-1,49

86.415,50

-1,70

280.430,30

247.869,90


2000

1.389.769,90

-

1.218.334,10

-

1.389.769,90

1.218.334,10


TW 1

342.852,40

-

299.046,90

-

325.958,60

289.865,30


TW 2

340.865,20

-

300.036,60

-

336.967,10

298.189,40


TW 3

355.289,50

4,23

312.223,90

4,06

360.701,60

314.523,70


TW 4

350.762,80

-1,27

307.026,70

-1,66

366.142,60

315.755,70


2001

1.440.405,70

3,64

1.278.060,00

4,90

1.646.322,00

1.467.642,30


TW 1

356.114,90

1,53

313.832,40

2,22

386.648,80

341.696,30


TW 2

360.533,00

1,24

321.391,00

2,41

416.069,90

366.288,60


TW 3

367.517,40

1,94

327.908,50

2,03

426.828,30

383.004,00


TW 4

356.240,40

-3,07

314.928,10

-3,96

416.775,00

376.653,40


2002

1.505.216,40

4,50

1.344.906,30

5,23

1.821.833,40

1.659.081,40


TW 1

368.650,40

3,48

327.440,00

3,97

436.975,10

399.139,30


TW 2

375.720,90

1,92

336.582,00

2,79

450.640,40

411.463,10


TW 3

387.919,60

3,25

348.044,60

3,41

472.136,10

430.994,40


TW 4

372.925,50

-3,87

332.839,70

-4,37

462.081,80

417.484,60


2003

1.577.171,30

4,72

1.421.474,80

5,62

2.013.674,60

1.840.854,90


TW 1

386.743,90

3,16

347.907,80

3,91

516.820,10

466.337,70


TW 2

394.620,50

2,04

356.136,90

2,37

515.704,50

471.132,50


TW 3

405.607,60

2,78

366.198,50

2,83

530.011,30

485.021,70


TW 4

390.199,30

-3,80

351.231,60

-4,09

524.221,80

477.727,10


2004

1.656.516,80

5,03

1.506.296,60

5,97

2.295.826,20

2.083.077,90


TW 1

402.597,30

3,18

364.906,50

3,89

536.605,30

490.625,70


TW 2

411.935,50

2,32

374.558,40

2,65

564.422,10

514.874,00


TW 3

423.852,30

2,89

386.240,10

3,12

595.320,60

537.892,20


TW 4

418.131,70

-1,35

380.591,60

-1,46

599.478,20

539.686,00


2005

1.750.656,10

5,68

1.605.247,60

6,57

2.784.960,40

2.467.957,70


TW 1

427.003,00

2,12

390.330,90

2,56

635.102,80

572.018,90


TW 2

436.110,00

2,13

400.113,50

2,51

673.797,40

599.526,90


TW 3

448.492,50

2,84

412.108,30

3,00

716.600,70

632.111,80


TW 4

439.050,60

-2,11

402.694,90

-2,28

759.459,50

664.300,10


2006

1.846.654,90

5,48

1.703.086,00

6,09

3.338.195,70

2.976.677,30


TW 1

448.276,80

2,10

412.675,30

2,48

783.040,90

695.721,60


TW 2

457.724,70

2,11

421.868,10

2,23

812.808,30

722.600,40


TW 3

474.797,50

3,73

439.200,90

4,11

869.022,90

777.910,80


TW 4

465.855,90

-1,88

429.341,70

-2,24

873.323,60

780.444,50


2007

0,00

-

0,00

-

0,00

0,00


TW 1

475.046,70

1,97

439.389,40

2,34

919.287,60

828.444,80


TW 2

486.483,30

2,41

451.126,00

2,67

962.501,70

868.045,40


TW 3

505.761,20

3,91

469.652,90

4,04

1.023.791,70

924.316,00


TW 4

495.089,80

-2,15

459.409,50

-2,23

1.041.089,90

927.039,50


2008

0,00

-

0,00

-

0,00

0,00


TW 1

505.915,80

2,19

470.392,30

2,39

1.122.075,90

1.000.952,20


TW 2

518.248,80

2,44

482.801,30

2,64

1.230.914,10

1.090.886,50


TW 3

536.873,10

3,59

500.707,80

3,71

1.343.754,00

1.199.183,80









Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Departemen Perdagangan
Keterangan :
*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sangat sementara

2.3 Laporan Perekonomian Indonesia

Tanggal

Judul

Hits

07-04-2008

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2007

25088

15-03-2007

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2006

4687

15-03-2006

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2005

3752

31-03-2005

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2004

3443

23-06-2004

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2003

2825

23-06-2004

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2002

2550

23-06-2004

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2001

2452

23-06-2004

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2000

2903

23-06-2004

Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 1998/1999

3874

2.4 Analisis Pendapatan Nasional tahun 2005 - 2008

Berdasarkan salah satu konsep pendapatan nasional (GDP/Gross Domestic Product) mencerminkan bahwa pendapatan nasional tahun 2005-2008 terus melaju naik. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi nasional mengalami peningkatan dan mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat kian bertambah. Hal ini berpengaruh besar terhadap kemakmuran warga masyarakat.

Ketika pendapatan warga masyarakat meningkat, maka mereka akan melakukan saving lebih besar lagi, dan ini akan menambah jumlah investasi. Jika jumlah investasi bertambah, pendapatan nasional akan meningkat. Akan tetapi hanya saving yang dilakukan disuatu keuangan atau bank saja yang dapat di investasikan. Saving yang dilakukan di rumah, dalam lemari. Apalagi di bawah bantal, tidak dapat di investasikan.sebab termasuk uang pasif.

Pemerataan pendapatan sangat penting. Sebab distribusi yang kurang merata akan menimbulkan ketimpangan pendapatan dalam perekonomian serta menimbulkan penyakit-penyakit ekonomi lainnya, seperti inflasi dan pengangguran.

Jumlah investasi yang banyak akan mendorong terbukanya lapangan pekerjaan yang akan menyerap tenaga kerja dan menanggulangi melonjaknya angka pengangguran. Demikian, pengangguran tidak dapat di bersihkan secara tuntas. Setiap negara pasti mengalami masalah pengangguran meskipun prosentasinya kecil. Hal ini akan selalu terjadi, sebab untuk menghilangkan tingkat pengangguran akan dapat menimbulkan dampak negatif lain yaitu tingkat inflasi muncul.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan laporan perekonomian Indonesia tahun 2005-2008, tingkat pendapatan nasional bertambah seiring meningkatnya PDB (Produk Domestik Bruto) yang merupakan keseluruhan jumlah output warga masyarakat berupa barang dan jasa.

Beberapa konsep yang digunakan dalam pengukuran pendapatan nasional antaralain:

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

2. Produk Nasional Bruto (PNB)

3. Produk Nasional Netto (PNN)

4. Pendapatan Nasional Netto (bersih)

5. Pendapatan Perseorangan

Meningkatnya pandapatan nasional diharapkan bisa memperbaiki taraf hidup warga masyarakat, serta mengendalikan tingkat pengangguran agar tidak melonjak naik. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbesar investasi negara, yang beratsar pada perluasan lapangan kerja. Distribusi pendapatan juga harus dilakukan secara tepat agar merata dan tidak terjadi kesenjangan.

3.2 Saran

Meningkatnya pendapatan nasional memang suatu prestasi yang baik. Akan tetapi bukan berarti kesejahteraan dan kemakmuran warga masyarakat mengikuti begitu saja. Untuk itu pemerintah harus lebih memaksimalkan pemerataan dalam mendistribusikan pendapatan, agar tidak terjadi gap (kesenjangan) di dalam tingkat kehidupan masyarakat yang berakibat munculnya suatu ketegangan.

Selain itu, masalah pengangguran memang tidak sepenuhnya bisa dibersihkan. Namun pemerintah bisa meminimalisir prosentasenya. Sebab menghapus tingkat pengangguran sama saja memunculkan tingkat inflasi (teori Philip). Dalam kurva Plilip dijelaskan hubungan negatif antara inflasi dan pengangguran. Dalam bentuk modernnya, hubungan antara inflasi dan pengangguran siklikal, inflasi yang diharapkan, dan goncangan penawaran yang di derivasi dari kurva penawaran agregat jangka pendek.

Maka pemerintah untuk bisa memaksimumkan output, mengoptimalkan SDM dengan membekali skil yang cukup serta meningkatkan kualitas dan kuantitas teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo, Dwi Eko, Ekonomika Makro, Malang: UMM Press, 2007, edisi revisi, cet. 5, hal. 11.

Http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/laporan+tahunan/lap+perekonomian+indonesia/ltbi+04.htm

Http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=48&fname=eko201_07.ht

Http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/link.asp?link=1010000

Selengkapnya.....

mukadimah

ujarnya, tersimpan sayang berlipat-lipat di balik diamku, terangkum kasih beribu masa di dalam senyumku yang malu-malu

sapa menyapa


ShoutMix chat widget

berkejar kejaran